Selasa, 12 Juli 2011

Seminar Kajian Islam, "Current Medical Sciences: Islamic Perspective" Minggu 17 Juli 2011

Ikuti Seminar Sehari
Seminar Kajian Islam, "Current Medical Sciences: Islamic Perspective"
Hari Minggu 17 Juli 2011, pukul 08 - selesai.
Tempat : Gedung A lantai1, Ruang Prof. Djamaloeddin. RSCM.
Jl. Diponegoro No.71 Jakarta Pusat.

Pembicara * Prof. Zubairi Djoerban Sp.PD-KHOM, * Ust.DR Muhammad Arifin,* Prof. Yunisaf Sp.OG, * dr. Gentur Sp. * dr. Anna Sp.PD-KP
Pendaftaran: 08176085033

Tenaga Kesehatan Jadi Prioritas Imunisasi Hepatitis B

Jakarta, Pada bayi, vaksin hepatitis sudah termasuk dalam program imunisasi wajib. Namun bagi remaja dan dewasa, pemberian vaksin hepatitis B masih bersifat swadaya dan masih diprioritaskan bagi kelompok berisiko antara lain tenaga kesehatan.

Imunisasi atau pemberian vaksin hepatitis B pada kelompok remaja dan dewasa hingga saat ini bersifat swadana karena tidak termasuk program yang diwajibkan pemerintah. Upaya pencegahan yang disebut Catch Up Imunization ini biasanya dilakukan secara kolektif di sebuah perusahaan.

Biayanya tidak murah karena biasanya harus didahului dengan skrining serologi untuk mencegah pemberian vaksin pada yang tidak perlu. Karena itu di beberapa perusahaan, imunisasi dilakukan dengan dibiayai oleh pemilik atau pimpinan perusahaan.

"Untuk tahap pertama yang diprioritaskan adalah kelompok berisiko, yang sering tertusuk misalnya tenaga kesehatan," ungkap Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (P2PL) Kementerian Kesehatan, Prof Dr Tjandra Yoga Aditama, dalam simposium Roche Fair 2011 di Balai Kartini, Jl Gatot Subroto, Selasa (12/7/2011).

Prioritas ini sesuai dengan resolusi World Health Assembly (WHA) 2010, yang menempatkan tenaga kesehatan sebagai salah satu kelompok yang rentan terhadap infeksi hepatitis B. Resolusi tersebut untuk pertama kalinya juga menetapkan tanggal 28 Juli sebagai Hari Hepatitis Dunia.

Hepatitis B merupakan salah satu infeksi virus dengan tingkat penularan paling tinggi, 100 kali lebih menular dibandingkan Human Immunodeficiency Virus (HIV). Diperkirakan ada 2 miliar pengidap hepatitis B di seluruh dunia, 400 juta di antaranya adalah penderita kronis yang berisiko terkena kanker hati.

Di Indonesia sendiri diperkirakan ada 30 juta penderita hepatitis B dan C, dengan penderita kronis yang berisiko kanker hati sebanyak 1,5 juta orang. Dengan prevalensi atau angka kejadian sebesar 9,4 persen, Indonesia masuk kategori endemis tinggi untuk hepatitis B dan C.

AN Uyung Pramudiarja - detikHealth

Pemerintah Masih Upayakan Obat Murah untuk Hepatitis

Jakarta, Skrining hepatitis tidak akan memberikan manfaat yang optimal selama harga obatnya masih mahal seperti sekarang ini. Untuk mengatasinya, pemerintah masih terus berupaya melobi perusahaan farmasi untuk memberikan harga semurah mungkin.

"Nanti ini saja saya mau ketemu perusahaan farmasi membicarakan mungkin tidak untuk untuk memberikan obatnya dengan harga murah," ungkap Dirjen Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan, Prof Dr Tjandra Yoga Aditama, seusai simposium Roche Fair 2011 di Balai Kartini, Jl Gatot Subroto, Selasa (12/7/2011).

Prof Tjandra Yoga mengatakan, pembiacaraannya dengan perusahaan tersebut belum mengarah ke compulsary license atau pengambilalihan paten obat agar harganya tidak terlalu mahal. Namun diakuinya, compulsary license termasuk salah satu opsi yang dipertimbangkan.

Dalam sebuah kesepakatan compulsary license, ada syarat yang harus dipenuhi yakni obat yang patennya diambilalih oleh negara harus diberikan secara gratis. Obat tersebut tidak boleh dijual sekalipun dengan harga lebih murah karena sudah tidak dilindungi paten.

Alternatif lain jika tidak mungkin digratiskan adalah dengan menjalin kerjasama dengan perusahaan yang memegang paten. Seperti diberitakan detikHealth sebelumnya, opsi ini bisa membuat harga obat hepatisis turun dari Rp 500-an ribu menjadi sekitar Rp 100-200 ribu.

Saat ini obat-obat hepatitis harganya sangat mahal karena sebagian besar masih dilindungi paten. Contohnya injeksi interferon yang harganya mencapai Rp 8-10 juta sekali suntik, padahal harus diberikan setiap bulan secara teratur dalam 6-12 bulan.

Versi generiknya yang harganya bisa dibuat jauh lebih murah baru boleh diproduksi jika masa patennya sudah berakhir. Masa paten untuk sebuah temuan obat baru biasanya berlaku 20 tahun sejak paten tersebut didaftarkan, kecuali jika ada perpanjangan.

"Yang saya dengar (obat-obat hepatitis) ada yang habis patennya tahun 2012 atau 2013, kita lihat saja nanti," tambah Prof Tjandra Yoga. AN Uyung Pramudiarja - detikHealth

Donor Darah 18 Juli 2011

Ikuti amal donor darah rutin di aula Rumah Sakit Permata Hijau jl raya kebayoiran lama jakarta selatan Senin 18 Juli 2011 jam 09-12

Mendapatkan Imunitas Ekstra Dengan Zinc

KlikDokter.com – Mendapatkan imunitas ekstra dengan zinc atau mineral seng penting untuk membantu mempertahankan fungsi tubuh secara normal seperti meningkatkan kekebalan tubuh dari berbagai penyakit. Apalagi perubahan cuaca saat ini masih tak menentu. Hal itu membuat tubuh menjadi mudah lelah dan rentan terhadap penyakit.

Makanan yang mengandung zinc dapat mendukung reaksi-reaksi biokimia di dalam tubuh. Zinc berperan mendukung sistem kekebalan tubuh yang baik, untuk penyembuhan luka, membantu kemampuan indera perasa dan penciuman dan diperlukan untuk sintesis DNA. Zinc juga berguna untuk pertumbuhan yang normal dan perkembangan manusia dari masa kehamilan, anak-anak hingga dewasa.

Mineral penting untuk membantu mempertahankan imunitas pada tubuh, seperti penyembuhan luka, mineralisasi tulang, pertumbuhan jaringan, dan fungsi tiroid. Mineral yang ada pada zinc terdapat pada makanan yang sering kita konsumsi, diantaranya;

1. Daging Sapi
Kekurangan zinc adalah salah satu penyebab menurunnya kekebalan tubuh. Sumber pangan yang kaya kandungan zinc adalah daging. Meskipun sedang berdiet, sebaiknya jangan betul-betul meninggalkan daging. Sebab nutrisi penting di dalamnya sangat diperlukan oleh tubuh dalam kondisi alam saat ini. Zinc membantu tubuh meningkatkan kemampuan mencegah peradangan dan infeksi. Zinc membantu tubuh memproduksi sel darah putih yang menjadi tameng dari berbagai virus, kuman, dan bakteri.

2. Tiram
Selain daging sapi, tiram juga mengandung mineral seng (zinc). Penelitian menunjukkan, asupan seng yang rendah berkaitan dengan infertilitas pria. Selain itu, kandungan mineral seng dalam tiram memiliki efek antivirus. Meski penelitian belum dapat menjelaskan prosesnya, mineral seng terbukti berperan besar dalam sistem imun, termasuk dalam penyembuhan luka.

3. Biji-bijian dan Kacang-kacangan
Wheat germ adalah bagian inti dari benih gandum yang kaya akan zat gizi. Kandungan yang terdapat di wheat germ di antaranya adalah zinc atau mineral seng, antioksidan, dan vitamin B serta vitamin. Wheat germ juga mengandung campuran serat, protein, dan beberapa lemak yang baik. Sereal kering yang telah difortifikasi biasanya berisi setidaknya 10 persen zinc dari jumlah yang direkomendasikan.

Kacang almond juga dapat meningkatkan imun dalam tubuh akibat dampak stres, karena kandungan zinc dalam kacang almond sangat banyak. Selain itu ada juga biji labu, kacang mete, dan biji bunga matahari yang merupakan sumber zinc yang juga baik bagi tubuh. Zinc yang baik juga ada pada makanan sehari-hari kita yaitu tempe dan tahu.

4. Produk Susu
Beberapa makanan dari produk susu merupakan sumber zinc yang baik, seperti susu, keju dan yoghurt. Secangkir yoghurt setiap hari dapat menghindari tubuh dari kedinginan. Carilah label yoghurt yang menuliskan “bakteri hidup dan kultur aktif”. Beberapa peneliti percaya bahwa yoghurt dapat merangsang sistem kekebalan tubuh untuk melawan penyakit.[](SN)

Minggu, 03 Juli 2011

Beri si Kecil Pijatan 5 Menit Sebelum Mandi

Jakarta, Ada berbagai cara yang bisa dilakukan orangtua untuk membangun ikatan dengan anak. Salah satu caranya adalah dengan memberikan pijatan ringan setiap harinya untuk si kecil.

"Pijatan ringan selama 5 menit saja sebelum mandi bisa memberikan manfaat untuk bayi," ujar dr Mathew T Puspanjono, SpA dalam acara talkshow Philips Avent Memberikan Pilihan terbaik bagi Ibu dan Anak di JCC, seperti ditulis Senin (4/7/2011).

dr Mathews menuturkan pijatan ringan yang diberikan bisa memberikan stimulasi pada ujung-ujung saraf yang ada di kulit bayi sehingga bisa merangsang neuroendokrin yang akan membuat bayi merasa nyaman.

"Jika bayi merasa nyaman maka sirkulasi darahnya akan baik sehingga membuat bayi merasa lapar yang nantinya akan membuat ia minum ASI lebih banyak. Jika terus dirangsang dengan menyusui maka produksi ASInya akan semakin banyak," ujarnya.

Pijatan yang diberikan untuk si kecil bisa dimulai dari kepala, lalu badan hingga akhirnya berujung pada kaki bayi. Pijatan tidak perlu banyak tekanan, dengan melakukan usapan atau sentuhan ringan saja sudah memberikan manfaat.

"Yang terpenting adalah keteraturan atau diberikan secara teratur, misalnya setiap sebelum mandi selama 5 menit berarti anak mendapatkan pijatan 2 kali sehari," ujar dokter yang berpraktek di Siloam Hospital.

Pijatan yang dilakukan sebelum bayi mandi lalu dilanjutkan dengan mandi akan membuat bayi merasa lebih segar serta nyaman. Kondisi ini akan membuatnya lebih mudah makan dan tidur lebih nyenyak serta meningkatkan ikatan antara orangtua dengan anak karena adanya kontak kulit (skin contact).

Namun orangtua sebaiknya tidak memberikan pijatan setelah bayi makan atau menyusui (minimal 1 jam sebelum atau setelah makan), serta anak dalam keadaan nyaman atau sedang tidak menangis.
(ver/ir) Vera Farah Bararah - detikHealth

'Dosa Besar Jika Puyer Bayi Dicampur Antibiotik'

Jakarta, Obat bayi umumnya diberikan dalam bentuk puyer yang mengandung beberapa jenis obat, salah satunya adalah antibiotik. Padahal antibiotik tidak boleh dicampurkan dengan obat lain.

"Obat antibiotik tidak boleh dicampur di dalam obat puyer dan harus terpisah, dosa besar itu," ujar Prof Iwan Dwi Prahasto dalam acara jumpa pers seminar 'Antimicrobial Resistance-Containment and Prevention' di Balai Kartini, Jakarta, Kamis (7/4/2011).

Prof Iwan menuturkan sekitar 47-68 persen antibiotik dicampur dengan obat lainnya dalam bentuk puyer. Kondisi ini masih ditemukan di pelayanan kesehatan primer seperti Puskesmas, dokter praktek swasta dan juga klinik.

"Dalam obat puyer tersebut biasanya antibiotik dicampur dengan obat analtetik atau analgesik lainnya," imbuh Prof Iwan.

Prof Iwan menyarankan masyarakat agar jangan mau diresepkan obat puyer, kalau pun harus menggunakan obat puyer tanyakan apakah mengandung antibiotik atau tidak serta lebih baik menghancurkannya sendiri.

Antibiotik seharusnya dikonsumsi sampai habis, tapi jika dicampur bersama dengan obat lain dalam bentuk puyer maka pemberian obat akan dihentikan saat gejalanya sudah hilang. Hal ini menyebabkan dosis antibiotik tidak dikonsumsi dengan tepat dan dapat memicu terjadinya resistensi.

Hal-hal lain yang menjadi masalah dalam obat puyer adalah kebersihan (apakah menggunakan masker dan sarung tangan saat meracik), dosis yang umumnya tidak sama tiap bungkus, homogenitas, higroskopis, penyerapan obat yang berbeda di dalam lambung, keterampilan serta interaksi antar obat.

Prof Iwan menuturkan interaksi antar obat bisa bermacam-macam seperti saling menguatkan, kadar obat lain ditekan, pengobatan menjadi tidak efektif, pengobatan menjadi beracun hingga kegagalan pengobatan.

Antibiotik banyak diberikan untuk diare dan ISPA

Berdasarkan studi yang dilakukan tahun 2004 oleh UGM dan juga Bank Dunia terhadap 5 provinsi di Indonesia yaitu Kalimantan Timur, Sumatera Barat, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan Barat dan Jawa Timur menemukan bahwa 87 persen pasien diare diberikan antibiotik dan 92-94 persen pasien ISPA diberikan antibiotik.

Rata-rata masyarakat hanya mengonsumsi antibiotik selama 1,2-2,7 hari. Kondisi ini ditemukan pada layanan kesehatan dasar seperti Puskesmas, dokter swasta dan juga klinik.

"Hal ini berarti sudah tidak tepat, pasien juga tidak mengonsumsinya dengan benar," ujarnya.

Prof Iwan menuturkan saat ini jika seseorang memiliki demam, batuk, pilek langsung dikasih antibiotik tanpa melihat mikrobanya, padahal antibiotik harus diberikan sesuai dengan bakteri yang menjadi penyebab penyakit tersebut.

"Masyarakat sebaiknya secara sadar untuk tidak membeli obat atau mengobati diri sendiri dan menanyakan setiap jenis obat yang diterimanya. Pada umumnya pilek, batuk dan diare tidak perlu antibiotik," ujar Menkes dr Endang Rahayu Sedyaningsih, MPH, DrPH .

Untuk mengendalikan penggunaan antibiotik yang tidak rasional ini telah diluncurkan buku Panduan Penggunaan Antibiotik untuk Rumah Sakit dan Fasilitas Kesehatan yang disusun oleh Kementerian Kesehatan. (ver/ir) Vera Farah Bararah - detikHealth

Ini Dia Penyebab Diare yang Muncul Usai Minum Antibiotik

Jakarta, Dalam kebanyakan kasus diare yang terjadi akibat antibiotik umumnya bersifat ringan seperti tinja menjadi lebih encer, frekuensi buang air besar (BAB) yang meningkat serta adanya dorongan yang lebih sering untuk ke kamar mandi. Kenapa habis minum antibiotok jadi diare?

Gejala ini akan berhenti setelah seseorang tidak lagi mengonsumsi obat tersebut. Diare yang disebabkan oleh antibiotik biasa disebut dengan antibiotic associated diarrhea (AAD).

Saluran pencernaan manusia terutama usus memiliki peran yang penting dalam proses pencernaan dan ekskresi. Usus ini diketahui mengandung bakteri baik (probiotik) dan juga jahat (bisa menyebabkan penyakit).

Pada kondisi tertentu antibiotik yang dikonsumsi turut membunuh bakteri baik yang terdapat di dalam usus, padahal bakteri ini bertugas membunuh mikroba yang tidak diinginkan.

Selain itu bisa juga antibiotik ini mengganggu proses metabolisme sehingga penyerapan asam lemak rantai pendek menjadi berkurang dan memicu diare. Umumnya diare terjadi jika seseorang mengonsumsi antibiotik dalam jangka waktu lama biasanya setelah 7-10 hari, seperti dikutip dari Buzzle, Senin (4/7/2011).

Beberapa obat antibiotik yang bisa menyebabkan diare atau AAD umumnya penicillin, clindamycin, cephalosporins, quinolones dan tetracyclines. Namun penggunaan obat ini memiliki reaksi yang berbeda-beda antar individu.

Jika antibiotik terus menerus dikonsumsi, maka gejala ringan yang muncul bisa menjadi lebih berat karena jumlah bakteri baik di dalam usus semakin berkurang. Gejala berat yang muncul meliputi sakit perut, demam, diare berair hingga darah dalam feses.

Gejala berat yang tidak ditangani dengan baik bisa memicu terjadinya colitis dan pseudomembranous colitis yang merupakan kasus radang usus besar. Untuk itu segera hentikan konsumsi antibiotik dan konsultasikan dengan dokter untuk meresepkan obat berbeda yang mengandung bakteri baik.

(ver/ir) Vera Farah Bararah - detikHealth

Launching Buku Menteri Kesehatan

Launching Buku Menteri Kesehatan Ibu Endang Rahayu, dr. Lula Kamal
hari Sabtu 9 Juli 2011 pk 10.30 - 12.30 di panggung utama istora senayan
Buku ini dari penerbit Mizan Pustaka

Donor Darah di hotel peninsula , Slipi

yang mau ikutan aksi amal donor darah, langsung aja meluncur
hari Selasa-Rabu 5-6 Juli 2011 jam 9-12
di hotel menara peninsula, Slipi jakarta barat.
biasanya ada bonus souvenir dari sponsor.