Soedjatmiko
Ketua Divisi Tumbuh Kembang-Pediatri Sosial,
Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI-RSCM.
Wakil Ketua Tim Koordinasi Advokasi Imunisasi
Kementerian Kesehatan RI
Sekretaris Satgas Imunisasi Ikatan Dokter Anak
Indonesia
Anggota Indonesia Technical Advisory Group for
Immunization (ITAGI)
Isu yang salah tentang imunisiasi
Masyarakat dan orangtua harus memahami info yang benar
seputar imunisasi, agar tidak gelisah karena isu yang salah yang disebarkan
oleh bukan praktisi imunisasi. Tidak benar bahwa vaksin berbahaya, dibuat dari
janin bayi, mengandung racun, lemak babi, mengakibatkan autisme atau
menimbulkan kematian. Semua isu-isu itu tidak benar, karena bukan bersumber
dari ahli atau praktisi imunisasi, hanya bersumber dari isu tahun 1930-1960an.
Teknologi pembuatan dan isi vaksin pada tahuntahun tersebut sangat berbeda dengan
vaksin-vaksin yang dipakai sekarang.
Isu tentang MMR menyebabkan autisme dilontarkan oleh
dokter ahli bedah Inggeris Wakefield (bukan dokter spesialis anak) hanya dengan
responden 18 anak. Ternyata ada pemalsuan data dan dinyatakan tidak sahih oleh British
Medical Association dalam British Medical Journal Februari
2011. Publikasi 26 penelitian lain menyatakan tidak ada hubungan
vaksin dan autisme.
Imunisasi aman dan bermanfaat
Sampai saat ini 194 negara justru menyatakan bahwa
imunisasi terbukti aman dan bermanfaat untuk mencegah sakit berat, wabah, cacat
dan kematian akibat penyakit berbahaya. Demikian kesimpulan penelitian
lembagalembaga resmi internasional maupun nasional yang beranggotakan
pakar-pakar imunologi, mikrobiologi, epidemiologi, kesehatan masyarakat,
biostatistik, farmakologi, penyakit infeksi dan spesialis anak.
Oleh karena itu negara-negara dengan sosial ekonomi
tinggi maupun rendah, mayoritas penduduk muslim maupun non muslim, tetap gencar
melakukan imunisasi rutin agar lebih dari 85 % bayi dan balita terlindung dari
penyakit penyakit berbahaya yang dapat dicegah dengan imunisasi.
Kalau banyak bayi balita tidak di imunisasi akan
terjadi wabah, sakit berat, kematian atau cacat. Contohnya wabah wabah polio
tahun 2005-2006 dari Sukabumi menjalar ke Banten, Lampung, Jawa Timur, Jawa
Tengah dalam waktu beberapa bulan menyebabkan 351 balita lumpuh seumur hidup.
Wabah campak 2008-2010 diberbagai daerah menyebabkan 5818 anak dirawat di rumah
sakit, 16 meninggal. Wabah difteri di Jawa Timur tahun 2005 - 2012 menjalar ke
Kalimantan menyebabkan 1789 anak dirawat di rumah sakit, lebih dari 94
meninggal dunia.
Untuk mencegah penyakit berbahaya, selain dengan
imunisasi perlu pula perlindungan yang bersifat umum dari ASI, makanan
pendamping ASI yang lengkap dan seimbang, mencuci tangan dengan sabun sebelum
memegang bayi dan sebelum makan, gunakan air bersih untuk memasak, minum,
mandi, serta menjaga kebersihan badan, pakaian, mainan, rumah dan lingkungan.
Namun hal-hal ini tidak menimbulkan kekebalan spesifik terhadap
penyakit-penyakit berbahaya.
Dengan imunisasi yang lengkap dan teratur akan timbul
kekebalan spesifik yang mampu mencegah penularan, wabah, sakit berat, cacat
atau kematian akibat penyakit-penyakit tersebut. Setelah diimunisasi lengkap
masih bisa tertular penyakit-penyakit tersebut, tetapi jauh lebih ringan dan
tidak berbahaya, dan jarang menularkan pada bayi-balita lain sehingga
tidak terjadi wabah.
Gejala setelah imunisasi adalah reaksi normal
Setelah imunisasi kadang-kadang terjadi demam,
kemerahan dan bengkak sedikit di sekitar tempat suntikan, adalah reaksi yang
wajar, tidak berbahaya dan akan hilang dalam beberapa hari. Segera berikan obat
penurun panas tiap 4 jam sesuai dosis yang dianjurkan oleh dokter / perawat /
bidan, pakai baju yang tipis, minum sering, bila panas tinggi boleh dikompres
dengan air hangat. Bila panas tetap berlanjut lebih dari 2 hari, sebaiknya
dibawa kembali ke tempat imunisasi, untuk pemeriksaan lebih lanjut.
Setelah imunisasi lengkap masih bisa tertular penyakit
tetapi jauh lebih ringan dan tidak berbahaya
Setelah imunisasi bayi balita tidak spontan kebal
terhadap penyakit berbahaya, tapi perlu waktu sekitar 2-4 minggu untuk timbul
kekebalan spesifik melawan penyakit-penyakit tersebut. Artinya, dalam 2-4
minggu setelah imunisasi pertama masih mungkin bayi dan anak terserang penyakit
tersebut, namun umumnya jauh lebih ringan dibandingkan dengan bayi dan anak
yang tidak diimunisasi.
Bayi sedang batuk pilek mencret sedikit tanpa demam
tidak rewel boleh diimunisasi
Bayi balita yang ceria walau sedang batuk pilek ringan
tanpa demam (karena iritasi atau alergi), atau diare ringan, boleh diimunisasi,
aman dan effektif. Kalau imunisasi tertunda melewati jadwal yang ditentukan,
tidak hangus, dan tidak perlu diulang. Lanjutkan imunisasi sesuai urutan.
Setelah imunisasi lengkap ketika bayi perlu dilanjutkan pada usia balita,
sekolah dan remaja, bahkan sampai dewasa dan usia lanjut.
Manfaat dan jadwal imunisasi
Semua imunisasi adalah penting, demikian kesimpulan
para pakar di lembaga penelitian di banyak negara yang membuktikan bahwa
imunisasi bermanfaat mencegah penyakit yang berbahaya bagi bayi dan anak. Namun
pemerintah Indonesia baru mampu menyediakan subsidi untuk sebagian
vaksin-vaksin tersebut, yaitu : Hepatitis B, Polio, BCG, DPT, Campak,
dan tahun ini ditambah Hib.
Vaksin-vaksin tersebut bukan buatan luar negeri
melainkan buatan Pt Biofarma Bandung dan diekspor ke 120 negara, 36 diantaranya
negara muslim, semua menyatakan aman dan bermanfaat.
Imunisasi yang belum disediakan oleh pemerintah kita
antara lain : Pneumokokus, Rotavirus, Influenza, MMR, Demam Tifoid, Cacar air,
Hepatitis A, Kanker Leher Rahim (HPV) dan Meningitis untuk jemaah haji. Oleh
karena itu orangtua perlu mengetahui manfaat dan jadwal imunisasi semua vaksin
yang ada.
Imunisasi Hepatitis B: untuk
mencegah kerusakan hati akibat serangan virus Hepatitis B. Bila berlanjut
sampai dewasa dapat menjadi kanker hati. Vaksin hepatitis B disuntikkan di paha
bayi segera setelah lahir, sebelum berumur 12 jam, untuk mencegah penularan
virus hepatitis B dari Ibu pada bayinya, karena banyak ibu hamil di Indonesia
tidak tahu bahwa didalam darahnya terdapat virus hepatitis B. Oleh karena itu
sebaiknya ibu hamil diperiksa terhadap kemungkinan terinfeksi hepatitis B (juga
toksoplasma, rubela, sitomegali dan herpes). Sebelum imunisasi bayi baru lahir
sebaiknya disuntikkan vitamin K1 pada paha yang lain. Setelah itu vaksin
hepatitis B disuntikan pada usia 1 bulan dan pada usia 6 bulan, dapat digabung
dengan imunisasi DPT dan Hib.
Imunisasi Polio: untuk mencegah
kelumpuhan akibat serangan virus polio liar yang menyerang sel-sel syaraf di
sumsum tulang belakang. Bila menyerang otak dapat lumpuh seluruh tubuh dan
kematian. Vaksin polio diteteskan ke dalam mulut bayi baru lahir ketika akan
pulang ke rumah, dilanjutkan pada umur 2, 4, 6, 18-24 bulan dan 5 tahun. Vaksin
polio suntikan khusus untuk bayi balita yang kekebalannya rendah karena
penyakit atau karena sedang dalam pengobatan yang mengganggu kekebalan.
Imunisasi BCG: untuk mencegah
Tuberkulosis (Tbc) berat pada paru, otak, kelenjar getah bening dan tulang
sehingga menimbulkan sakit berat, lama, kematian atau kecacatan. Vaksin BCG
disuntikan dikulit lengan atas kanan pada umur 2-3 bulan. Bekas suntikan
setelah 1 bulan dapat timbul benjolan kemerahan, kemudian pecah, keluar seperti
nanah, tanpa demam dan nyeri, adalah reaksi yang umum terjadi dan tidak
berbahaya. Bersihkan dengan alkoholatau iodin. Koreng akan menyembuh dalam
beberapa minggu. Bekasnya dapat terlihat seumur hidup.
Imunisasi DPT atau DPaT: untuk
mencegah 3 penyakit Difteri, Pertusis dan Tetanus. Kuman Difteri membentuk
membran tebal yang menyumbat jalan nafas, serta mengeluarkan racun yang
melumpuhkan otot jantung, sehingga banyak menimbulkan kematian. Kuman Pertusis mengakibatan
batuk hebat dan lama, sesak napas, radang paru sehingga banyak menyebabkan
kematian bayi. Kuman Tetanus masuk melalui tali pusat, atau
luka dalam yang sempit, kemudian kuman mengeluarkan racun yang menyerang syaraf
otot, sehingga otot seluruh tubuh menjadi kaku, tidak bisa minum, makan atau
bernafas, sehingga banyak menimbulkan kematian. Vaksin DPT disuntikkan dipaha
mulai umur 2 bulan, dilanjutkan pada umur 3-4 bulan, 4-6 bulan, dan 18-24
bulan, dapat digabung dengan vaksin Hepatitis B dan Hib. Dilanjutkan lagi di
lengan pada umur 5-6 tahun, 10-12 tahun dan 18 tahun, dengan vaksin yang isinya
sedikit berbeda (DT, Td atau TT)
Imunisasi Hib dan Pneumokokus: untuk
mencegah serangan kuman Hib dan pneumokokus yang mengakibatkan radang paru
(pneumonia), radang telinga tengah dan radang otak (meningitis) yang banyak
menimbulkan kematian atau kecacatan. Vaksin Hib dan Pneumokokus disuntikan
mulai umur 2, 4, 6, dan 15 bulan, dapat digabung dengan vaksin DPT atau DPaT.
Imunisasi Rotavirus: untuk mencegah
diare berat akibat Rotavirus, yang mengakibatkan bayi muntah
mencret hebat, kekurangan cairan, gangguan keseimbangan
elektrolit dan asam basa, sehingga banyak
menyebabkan kematian. Vaksin Rotavirus di teteskan
perlahan ke mulut bayi mulai umur 2, 4 (dan 6 bulan), tergantung jenis vaksin.
Imunisasi Influenza: untuk mencegah
serangan virus influenza yang mengakibatkan batuk pilek hebat, demam tinggi,
sesak nafas, radang paru, sehingga dapat menyebabkan kematian. Vaksin influenza
disuntikkan mulai umur 6, 7 bulan, kemudian diulang setiap tahun pada balita,
usia sekolah, remaja, dewasa bahkan usia lanjut.
Imunisasi Campak: untuk mencegah
serangan virus campak yang mengakibatkan demam tinggi, ruam di kulit, mata,
mulut, radang paru (pneumonia), diare, dan radang otak, sehingga banyak
mengakibatkan kematian. Vaksin campak disuntikkan mulai usia 9 bulan dan 6
tahun.
Imunisasi Cacar air (varisela): untuk
mencegah penyakit cacar air yang merusak kulit, mata, menimbulkan diare,
kadang-kadang radang paru, dan keguguran bila menyerang janin dalam rahim.
Vaksin cacar air disuntikkan mulai umur satu tahun.
Imunisasi MMR: untuk mencegah
serangan virus MMR, yaitu Mumps (gondongan, mengakibatkan
radang buah zakar, mandul), Morbili (campak) danRubela (campak
Jerman) yang dapat menyerang janin sehingga mengakibatkan keguguran atau buta,
tuli, keterbelakangan mental dan kebocoran sekat jantung bayi. Vaksin MMR
disuntikan mulai umur 15 bulan dan di ulang pada umur 5-6 tahun. Berdasarkan 26
penelitian pakar di berbagai negara vaksin MMR tidak terbukti menyebabkan
autisme.
Imunisasi Tifoid: untuk mencegah
penyakit demam tifoid berat yang mengakibatkan demam tinggi dan lama, diare
atau obstipasi, radang sampai kebocoran usus, dapat mengakibatkan kematian.
Vaksin demam tifoid disuntikan mulai umur 2 tahun, diulang setiap 3 tahun.
Imunisasi Hepatitis A: untuk
mencegah kerusakan hati karena serangan virus hepatitis A, yang dapat
mengakibatkan kematian. Vaksin hepatitis A disuntikkan mulai umur 2 tahun
kemudian di ulang pada umur 2,5 - 3 tahun.
Imunisasi HPV: untuk mencegah
kanker leher rahim karena virus human papiloma (HPV) yang menyerang tanpa
gejala sejak usia remaja dan akan mengakibatkan kanker leher rahim pada dewasa.
Vaksinasi HPV disuntikan 3x pada remaja perempuan mulai umur 10 tahun,
dilanjutkan 1-2 bulan dan 6 bulan kemudian. sumber : situs RSCM
Sumber : Halo Cipto ( Instalasi PKRS)