Sabtu, 19 Oktober 2013

Artikel "Cuci Tangan, Perilaku Sederhana Berdampak Besar yang Sering Dilupakan"

Salah satu cara untuk menekan timbulnya penyakit berbasis lingkungan seperti diare atau ISPA (Infeksi Saluran Pernapasan Atas) yaitu dengan gerakan Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) yang merupakan salah satu pilar Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM).

STBM merupakan aksi terpadu menurunkan angka kejadian penyakit menular berbasis lingkungan yang tengah digalakkan Kementerian Kesehatan RI. Sayangnya, sampai saat ini kesadaran masyarakat untuk mencuci tangan masih belum optimal.

Menurut Kajian Analisa Risiko Kesehatan Lingkungan di 55 kabupaten di tiap kota tahun 2013, 71 persen orang mencuci tangannya setelah buang air besar dan hanya 35 persen yang mencuci tangannya setelah membersihkan dubur anak setelah BAB.

Sementara itu, 18,5 persen orang mencuci tangannya menggunakan sabun di lima waktu penting yaitu sebelum makan, sebelum memegang bayi, sebelum menyiapkan makanan, sesudah BAB, dan seusai membersihkan dubur anak. Orang yang mencuci tangan menggunakan sabun sebelum memberi makan anak ada 30 persen dan hanya 37 persen yang melakukan CTPS sebelum menyiapkan makanan.

"Cuci tangan ini kan sebenarnya perilaku yang sederhana dan mudah dilakukan tapi orang sering lupa padahal itu dampak kesehatannya cukup besar terutama terhadap anak-anak," kata drh Wilfrid H Purba, MKes, Direktur Penyehatan Lingkungan Ditjen P2PL Kementerian Kesehatan RI dalam Temu Media STBM untuk Perubahan Perilaku Higiene Sanitasi di Kantor Kemenkes, Jl HR Rasuna Said, Jakarta Selatan, Jumat (18/10/2013).

Menurut Wilfrid, kampanye CTPS ini dilakukan di sekolah-sekolah, melalui media massa, memilih duta Lingkungan Sehat (LS) STBM, dan perhelatan puncak Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia yang ke-6. Duta LS STBM berasal dari lima wilayah yaitu Indonesia Barat, Indonesia Tengah, Indonesia Timur, Daerah Tertinggal Perbatasan Kepulauan (DTPK), dan Daerah Bermasalah Kesehatan (DBK).

"Duta LS STBM merupakan siswa kelas 4 dan 5 SD. Mereka diminta mengirimkan video cara mengkampanyekan CTPS lalu kemudian kita nilai," pungkas Wilfrid. detik health

Tidak ada komentar: